Leadership versi Ayahku
Kalau ada yang bertanya siapa pemimpin yang sangat memberi banyak pengaruh dalam hidup ini maka jawabnya adalah Almarhum Ayahku. Orang yang banyak mengajarkan bagaimana seorang pemimpin berfikir, berkata-kata, dan bersikap. Orang yang tidak hanya mengajarkan kepemimpinan secara teori tetapi memberikan teladan yang nyata melalui hidupnya.
Satu hal yang sangat menarik mengenai bagaimana seorang pemimpin berfikir adalah, bagi beliau orang selalu menjadi nomor satu dan bisnis adalah yang belakangan. Kepemimpinan adalah masalah relasi yaitu bagaimana berhubungan dengan orang. Karena itu dalam memimpin harus menomor satukan orang. Seorang pemimpin harus menomor satukan orang dalam hal ini orang yang dimaksud adalah klien, atasan dan yang tidak kalah penting adalah bawahan. Dulu aku sempat berdebat dengan beliau, bagaimana bisa bawahan lebih utama dari bisnis, jawab beliau singkat, bagaimana bisa orang bekerja dengan baik jika di dalam diri mereka timbul kekhawatiran akan masa depan dirinya dan keluargannya. Karena itu seorang pemimpin harus bisa menjamin kehidupan dan kesejahteraan bawahannya, dengan begitu orang akan merasa aman dan nyaman bekerja dan bisnis menjadi lancar.
Satu hal yang sering diajarkan beliau, dan mungkin menjadi pegangan dalam beliau adalah, "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya." Dan dalam memaknai ini Beliau pernah mengatakan bahwa seorang pemimpin banyak yang memerintah dengan tangan besi untuk mengamankan posisinya, untuk meraih keinginannya, orang seperti itu jangan kamu tiru jika kamu memimpin jadilah orang yang bisa melayani bawahanmu, yang bisa menjadi berkat bagi orang-orang di sekitarmu.
Hal lain yang cukup menarik dari kepemimpinan beliau adalah cara berkata-kata. Beliau bisa dikatakan orang yang sangat berhati-hati dalam berkata-kata. satu hal yang menjadi semacam pantangan bagi beliau adalah berjanji. Beliau adalah orang yang tidak suka berjanji, baik itu mengikat janji atau diikat janji. Janji adalah hutang yang tidak pernah kita tahu apakah di masa depan kita bisa bayar atau tidak. Karena itu Beliau sangat tidak suka berjanji, yang menjadi unik dan sakti adalah Beliau orang yang selalu menepati kata-katanya. Tidak dapat menepati kata-kata akan menjadi kekecewaan bagi bagi orang. Apalagi tidak menepati janji hal ini akan menjadi luka yang sangat dalam baik dalam ingatan maupun dalam hati. Sekali orang tidak menepati kata-katanya saat itu kepercaan akan hancur. Karena itu Beliau selalu mengajarkan untuk berhati-hati dalam berbicara.
Satu hal yang sering diajarkan beliau, dan mungkin menjadi pegangan dalam beliau adalah, "Janganlah sekali-kali bersumpah, Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat." Mengenai ini beliau sering mengajarkan untuk tidak berbicara melebihi apa yang seharusnya dikatakan, jangan berjanji yang tinggi-tinggi atau berbicara yang jauh-jauh. Katakan sesuatu secukupkan dan tepati kata-kata itu. Dalam setiap kesepakatannya beliau jarang berbicara menggunakan bahasa rohani seperti, "Jika Tuhan menghendaki, dan sebagainya." Bagi Beliau, kewajiban menepati setiap perkataan adalah tugas Beliau. Jangan sampai timbul persepsi bahwa orang tidak bisa menepati kata-katanya lalu melemparkan itu kepada kehendak Tuhan. Itu sangat tidak bertanggung jawab. Jangan sampai orang kecewa kepada Tuhan akibat perbuatan atau perkataan kita.
*In Memoriam of My Beloved Father.
(11-12-11)
Leadership versi Ayahku
Reviewed by Admin
on
Januari 10, 2018
Rating:
Tidak ada komentar