Politik dan Moralitas



Pilpres 2014 Indonesia memasuki babak baru. Di mana pada tahun-tahun itu dan setelahnya suhu politik di Indonesia semakin memanas. Dan suhu politik ini terus memuncak sampai Pilkada DKI 2017. Salah satu faktor yang menjadi pemanas suasana adalah praktik-praktik politik tanpa moralitas yang dibuktikan dengan tertangkapnya sindikat Saracen bulan Agustus kemaren. Berdasarkan informasi, Saracen diperkirakan memiliki 800 ribu akun penyebar kebencian. Jumlah ini lebih dari 10% jumlah dari pemilih DKI Jakarta. Suatu angka yang tidak sedikit.

Saracen hanyalah salah satu contoh dan bukti rendahnya moral dalam perpolitikan Indonesia. Masih banyak akun serta sindikat lain yang bekerja untuk menyebarkan kebencian, hoax, berita palsu dan fitnahan. Bahkan tidak jarang banyak politisi-politisi papan atas dan beberapa tokoh ikut terlibat dalam praktik-praktik sejenis. Sepertinya hampir setiap peristiwa selalu dipolitisi untuk mencari perhatian publik.

Pertanyaannya, apakah praktik-praktik politik tanpa moralitas dapat membawa Indonesia lebih baik? Jawabannya adalah tidak. Bagi sebagian orang mungkin praktik-praktik politik tanpa moralitas dengan menyebarkan berita palsu dan kebencian mungkin merupakan cara singkat untuk meraih simpati. Tetapi cara-cara itu sangat merusak masyarakat dan khususnya bangsa Indonesia. Berapa banyak orang yang terjebak dalam amarah dan kebencian karena praktik politik amoral? Berapa banyak energi yang dihabiskan bangsa ini hanya untuk mengurusi hal yang tidak ada hubungannya dengan kesejahteraan rakyat Indonesia?

Politik tanpa moral hanya mengajarkan bangsa Indonesia untuk menghalalkan segala cara demi meraih kepentingan. Dan cara-cara ini juga sangat merusak generasi muda yang menjadi penerus bangsa ini. Anak-anak muda menjadi gampang tersulut emosi, gampang berbuat anarki karena ketiadaan keteladanan dari pemimpinnya.

Politik tanpa moral juga hanya akan membawa kebodohan dan pembodohan bagi Indonesia. Berapa banyak energi yang kita habiskan untuk menanggapi isu yang tidak penting? Ada banyak energi yang dihabiskan untuk membenci yang membuat Indonesia tidak bisa menjadi bangsa yang produktif. Di mana ini akan membuat kita kehilangan daya saing di tingkat dunia. Ada satu candaan di dunia Insinyur, "(Negara Liberal) Amerika sudah mengirim pesawat dari bulan planet yang satu ke bulan planet yang lain. (Negara Komunis) China sudah akan mengirim pesawat ke bulan untuk yang kedua kalinya. Sedangakan orang Indonesia masih berjuang untuk bertahan hidup dari bulan-ke bulan."

Bayangkan untuk negara sebesar Indonesia yang katanya "Macan Asia" rakyatnya masih berjuang untuk bertahan hidup dari bulan ke bulan, sementara negara lain sudah menjelajahi bulan. Bahkan daya saing dan tingkat kemajuan Indonesia masih jauh di bawah negara-negara kecil seperti Korea Selatan, Jepang, Taiwan, atau tetangga dekat kita Singapura (negara yang hanya seukuran satu kota).

What's wrong with us? Jawabannya adalah bahwa kita terlalu banyak menghabiskan energi untuk hal-hal yang tidak produktif. Yaitu energi untuk membenci dan hampir semua kebencian itu selalu berhubungan dengan politik. Saya punya banyak kenalan dari negara-negara di Asia, dan dibanding dari orang-orang di negeri lain, orang Indonesia paling banyak memposting berita kebencian.

Stop politik tanpa moralitas karena itu hanya akan merusak bangsa. Budayakan politik etis. Politik sehat. Untuk Indonesia lebih maju.
Politik dan Moralitas Politik dan Moralitas Reviewed by Admin on September 09, 2017 Rating: 5

Tidak ada komentar

Masterchef

About Me
Munere veritus fierent cu sed, congue altera mea te, ex clita eripuit evertitur duo. Legendos tractatos honestatis ad mel. Legendos tractatos honestatis ad mel. , click here →