Mengalah Kepada Tuhan



Ada sebuah cerita, pada suatu hari di sebuah acara Natal dibukakalah stand-stand untuk jualan. Di sana ada beberapa orang yang bermaskud menggelar dagangannya, ada anak-anak muda yang jualan es, martabak, cilok, ada juga ibu-ibu yang jualan minuman, lalu ada seorang anak kecil yang jualan koran.

Sebelum acaranya dimulai masing-masing penjual diberi nomor undian untuk menentukan tempat yang akan dipakai untuk berjualan. Semua orang mendapat bagian masing-masing, kecuali seorang anak kecil penjual koran yang tidak kebagian tempat untuk berjualan. Lalu si panitia kemudian berinisiatif untuk memberikan satu tempat di bawah tangga, di dalam gedung aula. Tempat yang agak berbeda dari semua penjual-penjual karena yang lain mendapat tempat di teras sebelah samping aula.

Selang waktu berlalu anak kecil itu kemudian mulai gusar hatinya karena di tempat dia berjualan belum ada orang yang datang, sementara di teras banyak orang yang membeli dagangannya. Satu jam berlalu belum masih sedikit orang yang datang untuk membeli koran. Setelah dua jam berjalan akhirnya hatinya mulai kacau. Dia kemudian mulai menggerutu kepada Tuhan katanya, "Tuhan kenapa Engkau berikan aku tempat yang tersendiri, sepi, tidak ada orang yang melihat-lihat? Alangkah enaknya jika aku bisa di luar seperti mereka, ramai, banyak orang berbelanja. Ah, sepertinya Engkau tidak adil."

Lalu tiba-tiba, seolah-olah terdengar suara, "Anakku kenapa engkau gelisah, lihatlah di luar sana apa yang sebenarnya terjadi."
Anak kecil itu lantas menyadari bahwa di luar sedang hujan angin. Kemudian hatinya tertegun, lalu dia menyadari bahwa sebenarnya dia di beri tempat oleh Tuhan di sana adalah untuk kebaikannya.

Selang beberapa waktu kemudian acara akan selesai. Anak kecil itu mulai gusar lagi hatinya karena masih sedikit koran yang berhasil di jualnya. Kemudian hatinya mulai gelisah lagi katanya, "Apa yang harus aku lakukan sekarang, acara sudah hampir selesai tapi koran-koranku masih banyak yang belum terjual?"

Lalu tiba-tiba, seolah-olah terdengar suara bisik dari Tuhan, "Pergilah ke pintu depan aula di sana orang-orang akan keluar untuk pulang."
Anak kecil itu lantas melihat-lihat, didapatinya panitia yang melarang untuk jualan di depan aula sudah tidak ada. Akhirnya dia memberanikan diri untuk pindah ke depan aula. Terang saja, semua orang tiba-tiba berdatangan untuk berebut membeli koran-korannya. Dalam sekejap, tidak ada 15 menit semua koran-korannya habis terjual.

Yaps, begitulah gambaran karya Tuhan dalam hidup kita. Seringkali Tuhan memberikan hal-hal terbaik dalam hidup kita, namun karena "godaan" keindahan dunia hati kita tidak jarang gusar. Tuhan telah menetapkan segala sesuatu dengan tepat baik keadaan maupun waktu. Tidak jarang kita seperti anak kecil yang gusar berjam-jam menanti jualannya laku, padahal itu bukan waktu Tuhan. Sekali waktu Tuhan datang, dalam sekejap penantian berjam-jam terbayar lunas tanpa jerih lelah yang berarti. Bukan kita yang mati-matian mengejar berkat Tuhan, tetapi berkat Tuhan yang berdatangan kedalam hidup kita.

Yang kita dapat lakukan pada dasarnya adalah bersabar dan menikmati setiap momen yang Tuhan berikan kepada kita. Seperti kata Pengkhotbah 3:11 "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir."
Mengalah Kepada Tuhan Mengalah Kepada Tuhan Reviewed by Admin on Agustus 31, 2017 Rating: 5

Tidak ada komentar

Masterchef

About Me
Munere veritus fierent cu sed, congue altera mea te, ex clita eripuit evertitur duo. Legendos tractatos honestatis ad mel. Legendos tractatos honestatis ad mel. , click here →