Mengecap Kenyataan


Ketika aku mengajakmu makan. Rasa-rasanya aku tidak perlu mengunyahkan makanan yang akan kamu makan lalu aku menyuapkannya kepadamu. Begitu juga ketika aku ingin mengajarimu tentang hidup. Aku rasa aku tidak perlu melumatkan realita kedalam teri-teori atau dalil-dalil atau doktrin-doktrin tertentu dan menyebutkannya kepadamu sebagai kebenaran. Bukankah realita jauh lebih kaya daripada sekedar dalil-dalil dan teri-teori. Tidakkah dapat kau pahami bahwa dengan melumatkan realita dalam ide-ide hanya akan mencederasi realita itu sendiri dimana kita tidak pernah bisa melihat realita itu secara utuh.

Ketika mengajakmu makan aku lebih suka membiarkanmu mengecap dan mengunyah makananmu sambil bercengkerama dengan cita yang kau rasakan. Dengan bigitu kamu akan dapat menikmati dengan mendalam setiap pengalaman pahitnya, manisnya, asinnya makanan yang kamu rasakan. Mengajakmu melihat realita seada-adanya, sejujur-jujurnya tanpa selubung ide-ide, teori-teori dan dalil-dalil. Lalu mendiskusikannya dengan seksama apa yang ada di dalamnya untuk melihat realita dengan utuh dan menyeluruh. Mengajakmu menikmati setiap rasa pahit dan manis secara jujur dan sesungguhnya. Meresapi setiap rasa yang tersembunyi dalam realita adalah seni dalam hidup ini.

Bukankah akan seru ketika dalam makan sup daging, kita bisa merasakan daging ini keras, bubur ini lembut, sayur ini ulet, irisan bawang goreng ini renyah, bumbunya meresap, kuahnya lezat, aromanya nikmat. Begitu juga dengan kehidupan. Akan lebih seru dan berkesan jika kita bisa menikmati setiap pahit-manisnya, keras-lembutnya hidup, duka-gembiranya ini daripada melumatkan realita hidup ini dalam ide-ide yang kaku.

Satu hal penting dalam menikmati makanan adalah jangan berprasangka sebelum mengecapnya. Jangan kita menghakimi daging itu pahit karena warnanya hitam. Atau bubur itu manis karena warnanya putih. Atau sup itu enak karena aromanya wangi. Rasakan dan nikmati. Lihatlah dan kecaplah. Ingat pikiran dan perasaan kita bukan realita. Itu adalah sekumpulan teori-teori tentang realita, yang tak akan teruji dan terkalibrasi ketika tidak digunakan langsung untuk memahami realita. Lihatlah, kecaplah dan rasakan hidup ini, nikmati secara perlahan dan mendalam dengan begitu kita akan bisa memahami hidup secara seutuhnya.

Bukan berarti dengan berkata seperti ini aku lantas mengajarimu untuk melakukan hal-hal yang buruk dalam menjalani hidup. Tentunya seperti menikmati makanan kita akan secara sadar untuk memilih minum secangkir kopi daripada sesendok sianida. Atau sebagai waras orang tentunya aku akan mengajakmu makan roti dan tidak akan mengajakmu makan batu. Aku juga bukan pemain debus yang mengajarimu makan sendok. Tapi sebagai orang normal aku akan mengajakmu makan pakai sendok.
Selamat menikmati.
Mengecap Kenyataan Mengecap Kenyataan Reviewed by Admin on Juli 08, 2017 Rating: 5

Tidak ada komentar

Masterchef

About Me
Munere veritus fierent cu sed, congue altera mea te, ex clita eripuit evertitur duo. Legendos tractatos honestatis ad mel. Legendos tractatos honestatis ad mel. , click here →