Fanatisme, Mental Budak



Kalau meminjam bahasa Nietzsche, memang harus diakui kita adalah sekumpulan orang-orang yang terseok-seok saat berhadapan dengan realita. Kenyataan hidup yang pahit, kemiskinan, korupsi, pengangguran, kerja dengan penghasilan yang tidak sebanding dengan biaya hidup dan lain-lain telam membuat hidup banyak orang menjadi putus asa. Dalam keputusasaan ini kebutuhan untuk memuja mutlak dibutuhkan, bahkan bisa dikatakan kita sangat membutuhkan untuk memuja sesuatu yang sekiranya bisa menjawab permasalahan kita.

Jiwa kita begitu tidak berdaya menghadapi kenyataan pahit kehidupan sehingga kita butuh sumber dari luar untuk menguatkan diri kita. Dari krisis diri inilah yang pada akhirnya memunculkan mental-mental budak. Yang penggila barat akan memuja orang-orang Barat dan menganggap semua orang Barat sebagai orang hebat. Yang penggila Israel akan memuja orang Israel sebagai orang yang lebih hebat dari bangsa lain dan kita lebih rendah dari mereka. Demikian juga pecandu Arab, mereka akan menganggap semua hal yang berhubungan dengan Arab sebagai hal yang suci, bahkan ada guyonan, makian dalam bahasa Arabpun diaminkan sebagai doa. Sama halnya juga dengan generasi muda kita yang keracunan peradaban Korea, mereka menganggap orang Korea hebat-hebat, bahkan mungkin tukang parkirpun disebutnya sebagai idola. Benar-benar pandangan hidup yang bodoh dan merendahkan harkat serta martabat kita sebagai bangsa yang besar dan agung.

Mental kita begitu lemah ketika begitu lemah hingga mudah diperdayai dan dimanfaatkan orang lain. Dan jika kita kenyataan sejarah bisa jadi inilah yang membuat bangsa kita terjajah selama ratusan tahun.
Fanatisme, Mental Budak Fanatisme, Mental Budak Reviewed by Admin on Juli 03, 2017 Rating: 5

Tidak ada komentar

Masterchef

About Me
Munere veritus fierent cu sed, congue altera mea te, ex clita eripuit evertitur duo. Legendos tractatos honestatis ad mel. Legendos tractatos honestatis ad mel. , click here →