Bahtera Kehidupan
*Terinspirasi dari cerita Lina
Jka hidup ini diibaratkan perahu. Maka anggaplah kita adalah anak buah kapalnya. Dan biarkan Tuhan yang menjadi nahkodanya karena Dia yang paling tahu semua tentang samudra kehidupan.
Sebagai anak buah kapal yang baik sudah selayaknya kita mendengarkan dan mematuhi segala yang diperintahkan oleh sang Nahkoda.
Ada kalanya Sang Nahkoda mengatakan, "Marilah bertolak ke seberang." Sebagai anak buah kapal yang baik sudah seharusnyalah kita mengarahkan perahu kita ke seberang. Walaupun nanti dalam perjalanan datang angin bahkan badai janganlah gentar atau khawatir. Selama Tuhan menjadi nahkodanya kita akan sampai ke tujuan.
Angin dan badai kehidupan adalah hal yang wajar dalam mengarungi samudra kehidupan. Ada angin bahkan badai yang mampu kita taklukkan, dalam hal ini adalah bagian kita untuk menyelesaikan masalah-masalah kehidupan. Namun ada juga badai kehidupan yang diijinkan terjadi yang melampaui kemampuan kita, hal ini terjadi untuk Tuhan mendemonstrasikan kuasaNya atas segala macam badai kehidupan. Dalam hal ini baik angin maupun badai yang datang dalam hidup kita terjadi atas seijin dari Tuhan.
Ada kalanya, setelah semalam-malaman menjala ikan dan tidak mendapatkan seekorpun Sang Nahkoda berkata, "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." Sebagai anak buah kapal yang baik lakukanlah apa yang dikatakan sang nahkoda tanpa berbantah dengannya. Walaupun kadang berat rasanya dan tak pernah dapat terpikirkan oleh pengetahuan dan akal sehat kita tetap lakukan saja. Tuhan sebagai Sang Nahkoda yang Agung mengetahui segala yang ada dalam lautan, bahkan harta yang terpendam dalam lautan terdalam.
Biarlah Tuhan menjadi nakhoda dalam bahtera kehidupan kita dan kita menjadi anak buah kapalnya yang taat dengar-dengaran dan melakukan perintah dari Sang Nahkoda Agung.
Bahtera Kehidupan
Reviewed by Admin
on
Mei 28, 2017
Rating:
Tidak ada komentar